Rahasia Keagungan dan Keajaiban Shalat Jum'at
Dari seluruh kaum dari umat-umat terdahulu, Allah mengkhususkan
hari Jumat ini hanya bagi kaum Muslimin. Di dalamnya banyak rahasia dan
keutamaan yang datangnya langsung dari Allah. Berikut adalah beberapa
rahasia keagungan hari Jumat:
Pertama, Hari keberkahan. Di hari Jumat kaum Muslimin berkumpul di
masjid-masjid untuk mendengarkan dua khutbah Jumat yang mengandung
pengarahan dan pengajaran serta nasihat-nasihat yang ditujukan kepada
kaum muslimin dan mengikuti shalat yang kesemuanya mengandung manfaat
agama dan dunia. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menyebut hari
Jumat memiliki 33 keutamaan. Bahkan Imam as-Suyuthi menyebut ada 1001
keistimewaan.
Kedua, Hari dikabulkannya doa. Di antara rahasia keutamaan hari Jumat lain adalah, di hari itu terdapat waktu-waktu dikabulkannya doa. Waktu yang harus diantisipasi adalah setelah shalat ‘ashr.
“Di hari Jumat itu terdapat satu waktu yang jika seorang Muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.” [HR.Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pada hari Jumat terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya.” [Muttafaqun Alaih]
Ketiga, Hari Diperintahkannya Shalat Jumat. Rasulullah bersabda, “Hendaklah kaum-kaum itu berhenti dari meninggalkan shalat Jumat. Atau (jika tidak) Allah pasti akan mengunci hari mereka, kemudian mereka pasti menjadi orang-orang yang lalai.” [Muslim]. Dalam riwayat lain Rasulullah menyebutkan, “Shalat Jumat adalah hak yang diwajibkan kepada setiap Muslim kecuali empat orang; budak atau wanita, atau anak kecil, atau orang sakit.” [Abu Daud]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٩)
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [QS: Al-Jumu’ah:9]
مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنَ اْلإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا
“Barangsiapa yang bersuci dan mandi, kemudian bergegas dan mendengar khutbah dari awal, berjalan kaki tidak dengan berkendaraan, mendekat dengan imam, lalu mendengarkan khutbah dan tidak berbuat sia-sia, maka baginya bagi setiap langkah pahala satu tahun baik puasa dan shalatnya..”
,Keempat, Hari pembeda antara muslim dan non-muslim. Hari Jumat adalah hari istimewa bagi kaum Muslim. Selain itu diberikan Nabi untuk membedakan antara harinya orang Yahudi dan orang Nashrani.
Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah bersabda: “Allah telah memalingkan orang-orang sebelum kita untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari raya mereka, oleh karena itu hari raya orang Yahudi adalah hari Sabtu, dan hari raya orang Nasrani adalah hari Ahad, kemudian Allah memberikan bimbingan kepada kita untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari raya, sehingga Allah menjadikan hari raya secara berurutan, yaitu hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Dan di hari kiamat mereka pun akan mengikuti kita seperti urutan tersebut, walaupun di dunia kita adalah penghuni yang terakhir, namun di hari kiamat nanti kita adalah urutan terdepan yang akan diputuskan perkaranya sebelum seluruh makhluk.” [HR. Muslim]
Kelima, Hari Allah menampakkan diri. Dalam sebuah riwayat disebutkan, pada Hari Jumat Allah menampakkan diri kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di Surga. Dari Anas bin Malik dalam mengomentari ayat: “Dan Kami memiliki pertambahannya” (QS.50:35) mengatakan: “Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jumat.”
Masih banyak keistimewan hari Jumat. Di antaranya adalah; Dalam “al-Musnad” dari hadits Abu Lubabah bin Abdul Munzir, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
“Penghulunya hari adalah hari Jumat, ia adalah hari yang paling utama di sisi Allah Subhanahu Wata’ala, lebih agung di sisi Allah Subhanahu Wata’ala dari pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Pada hari Jumat tersebut terdapat lima keistimewaan: Hari itu, bapak semua umat manusia, Nabi Adam ‘Alaihissalam diciptakan, diturunkan ke dunia, dan wafat. Hari kiamat tak akan terjadi kecuali hari Jum’at.
Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sangat memuliakan hari ini, menghormatinya, dan mengkhususkannya untuk beribadah dibandingkan hari-hari lainnya. Perlu diketahui bahwa hari Jumat itu dimulai dari azan maghrib hari Kamis hingga sebelum azan mabhrib hari Jumat.
Hari Jumat milik siapa?
Selamat hari raya!
Demikianlah semestinya kita setiap muslim melakukannya ketika hari Jumat datang. Bergembira dan bersuka ria. Jika dalam 12 bulan setiap tahunnya, Allah memuliakan bulan Ramadhan. Maka hari Jumat diberikan keistimewaan dibandingkan hari-hari lainnya. Allah swt telah mengkhususkan untuk kaum muslimin yang belum pernah diberikan kepada umat-umat sebelumnya sebagai karunia dan pemuliaan terhadap umat ini.
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw, bersabda : “Sebaik-baik hari adalah hari Jumat, pada hari itu Nabi Adam as diciptakan, pada hari itu dia dimasukkan ke surga, pada hari itu dia dikeluarkan dari surga, dan hari kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jumat. (HR. Muslim ).
Sikap kita menyambut Hari Jumat
Kita menyaksikan sendiri di sekitar kita, ada dari segolongan umat lainnya, mereka begitu mengistimewakan setiap hari Sabtu atau hari Minggu. Mereka bergembira dan mengenakan pakaian terbaik yang mereka miliki ketika berkunjung ke tempat ibadah mereka. Tak kalah dari itu, terkadang mereka mengajak dan mendandani anak-anak mereka pula.
Rutinitas terkadang memang bisa membunuh! Mematikan jiwa dalam memaknai setiap langkah gerak kita. Termasuk di setiap hari Jumat yang kita lalui, berjalan begitu saja tanpa menghadirkan jiwa dan makna. Kita mendatangi mesjid-mesjid tanpa ekspresi, apa adanya. Bahkan dengan keringat dan bau yang menyengat dan setelah itu pun, selama khatib sedang berkhutbah, kita tertidur pulas !
Lantas, kebaikan apalagi yang tersisa untuk kita? Padahal Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mandi pada hari Jumat, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi di antara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam mendengarkan tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jumat”. (HR. Bukhari)
Hal-hal yang besar, terkadang dimulai dari hal yang kita anggap sepele. Apatah lagi apabila kita memang menyepelekan suatu perkara yang amat besar. Padahal menyabut gembira hari Jumat adalah perkara besar. Rasulullah saw berkata, “Hari Jumat adalah penghulu segala hari dan hari yang paling mulia di sisi Allah, hari Jumat ini lebih mulia dari hari raya Idhul Fitri dan Idul Adha di sisi Allah, pada hari Jumat terdapat lima peristiwa, diciptakannya Adam dan diturunkannya ke bumi, pada hari Jumat juga Adam dimatikan, di hari Jumat terdapat waktu yang mana jika seseorang meminta kepada Allah maka akan dikabulkan selama tidak memohon yang haram, dan di hari Jumat pula akan terjadi kiamat, tidaklah seseorang malaikat yang dekat di sisi Allah, di bumi dan di langit kecuali dia dikasihi pada hari Jumat.” (HR. Ahmad)
Umat lain punya hari Sabtu atau hari Minggu, kita pun umat islam punya hari Jumat. Kita menghormati dan memuliakannya. Jangan sebaliknya, kita bersikap seolah tidak memiliki hari istimewa tersebut; hampa dan kosong! Naudzubillahi min dzalik.
Sumber :
Adi Apriliansyah (Chairman DSIM)
Dimuat di Buletin Jumat Insan Mulia Edisi 245 / 15 Mei 2009 http://www.dsim.or.id/artikel-71-hari-jumat-milik-siapa.html
17 September 2009
Kedua, Hari dikabulkannya doa. Di antara rahasia keutamaan hari Jumat lain adalah, di hari itu terdapat waktu-waktu dikabulkannya doa. Waktu yang harus diantisipasi adalah setelah shalat ‘ashr.
“Di hari Jumat itu terdapat satu waktu yang jika seorang Muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.” [HR.Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pada hari Jumat terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya.” [Muttafaqun Alaih]
Ketiga, Hari Diperintahkannya Shalat Jumat. Rasulullah bersabda, “Hendaklah kaum-kaum itu berhenti dari meninggalkan shalat Jumat. Atau (jika tidak) Allah pasti akan mengunci hari mereka, kemudian mereka pasti menjadi orang-orang yang lalai.” [Muslim]. Dalam riwayat lain Rasulullah menyebutkan, “Shalat Jumat adalah hak yang diwajibkan kepada setiap Muslim kecuali empat orang; budak atau wanita, atau anak kecil, atau orang sakit.” [Abu Daud]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٩)
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [QS: Al-Jumu’ah:9]
مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنَ اْلإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا
“Barangsiapa yang bersuci dan mandi, kemudian bergegas dan mendengar khutbah dari awal, berjalan kaki tidak dengan berkendaraan, mendekat dengan imam, lalu mendengarkan khutbah dan tidak berbuat sia-sia, maka baginya bagi setiap langkah pahala satu tahun baik puasa dan shalatnya..”
,Keempat, Hari pembeda antara muslim dan non-muslim. Hari Jumat adalah hari istimewa bagi kaum Muslim. Selain itu diberikan Nabi untuk membedakan antara harinya orang Yahudi dan orang Nashrani.
Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah bersabda: “Allah telah memalingkan orang-orang sebelum kita untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari raya mereka, oleh karena itu hari raya orang Yahudi adalah hari Sabtu, dan hari raya orang Nasrani adalah hari Ahad, kemudian Allah memberikan bimbingan kepada kita untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari raya, sehingga Allah menjadikan hari raya secara berurutan, yaitu hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Dan di hari kiamat mereka pun akan mengikuti kita seperti urutan tersebut, walaupun di dunia kita adalah penghuni yang terakhir, namun di hari kiamat nanti kita adalah urutan terdepan yang akan diputuskan perkaranya sebelum seluruh makhluk.” [HR. Muslim]
Kelima, Hari Allah menampakkan diri. Dalam sebuah riwayat disebutkan, pada Hari Jumat Allah menampakkan diri kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di Surga. Dari Anas bin Malik dalam mengomentari ayat: “Dan Kami memiliki pertambahannya” (QS.50:35) mengatakan: “Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jumat.”
Masih banyak keistimewan hari Jumat. Di antaranya adalah; Dalam “al-Musnad” dari hadits Abu Lubabah bin Abdul Munzir, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
“Penghulunya hari adalah hari Jumat, ia adalah hari yang paling utama di sisi Allah Subhanahu Wata’ala, lebih agung di sisi Allah Subhanahu Wata’ala dari pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Pada hari Jumat tersebut terdapat lima keistimewaan: Hari itu, bapak semua umat manusia, Nabi Adam ‘Alaihissalam diciptakan, diturunkan ke dunia, dan wafat. Hari kiamat tak akan terjadi kecuali hari Jum’at.
Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sangat memuliakan hari ini, menghormatinya, dan mengkhususkannya untuk beribadah dibandingkan hari-hari lainnya. Perlu diketahui bahwa hari Jumat itu dimulai dari azan maghrib hari Kamis hingga sebelum azan mabhrib hari Jumat.
Hari Jumat milik siapa?
Selamat hari raya!
Demikianlah semestinya kita setiap muslim melakukannya ketika hari Jumat datang. Bergembira dan bersuka ria. Jika dalam 12 bulan setiap tahunnya, Allah memuliakan bulan Ramadhan. Maka hari Jumat diberikan keistimewaan dibandingkan hari-hari lainnya. Allah swt telah mengkhususkan untuk kaum muslimin yang belum pernah diberikan kepada umat-umat sebelumnya sebagai karunia dan pemuliaan terhadap umat ini.
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw, bersabda : “Sebaik-baik hari adalah hari Jumat, pada hari itu Nabi Adam as diciptakan, pada hari itu dia dimasukkan ke surga, pada hari itu dia dikeluarkan dari surga, dan hari kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jumat. (HR. Muslim ).
Sikap kita menyambut Hari Jumat
Kita menyaksikan sendiri di sekitar kita, ada dari segolongan umat lainnya, mereka begitu mengistimewakan setiap hari Sabtu atau hari Minggu. Mereka bergembira dan mengenakan pakaian terbaik yang mereka miliki ketika berkunjung ke tempat ibadah mereka. Tak kalah dari itu, terkadang mereka mengajak dan mendandani anak-anak mereka pula.
Rutinitas terkadang memang bisa membunuh! Mematikan jiwa dalam memaknai setiap langkah gerak kita. Termasuk di setiap hari Jumat yang kita lalui, berjalan begitu saja tanpa menghadirkan jiwa dan makna. Kita mendatangi mesjid-mesjid tanpa ekspresi, apa adanya. Bahkan dengan keringat dan bau yang menyengat dan setelah itu pun, selama khatib sedang berkhutbah, kita tertidur pulas !
Lantas, kebaikan apalagi yang tersisa untuk kita? Padahal Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mandi pada hari Jumat, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi di antara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam mendengarkan tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jumat”. (HR. Bukhari)
Hal-hal yang besar, terkadang dimulai dari hal yang kita anggap sepele. Apatah lagi apabila kita memang menyepelekan suatu perkara yang amat besar. Padahal menyabut gembira hari Jumat adalah perkara besar. Rasulullah saw berkata, “Hari Jumat adalah penghulu segala hari dan hari yang paling mulia di sisi Allah, hari Jumat ini lebih mulia dari hari raya Idhul Fitri dan Idul Adha di sisi Allah, pada hari Jumat terdapat lima peristiwa, diciptakannya Adam dan diturunkannya ke bumi, pada hari Jumat juga Adam dimatikan, di hari Jumat terdapat waktu yang mana jika seseorang meminta kepada Allah maka akan dikabulkan selama tidak memohon yang haram, dan di hari Jumat pula akan terjadi kiamat, tidaklah seseorang malaikat yang dekat di sisi Allah, di bumi dan di langit kecuali dia dikasihi pada hari Jumat.” (HR. Ahmad)
Umat lain punya hari Sabtu atau hari Minggu, kita pun umat islam punya hari Jumat. Kita menghormati dan memuliakannya. Jangan sebaliknya, kita bersikap seolah tidak memiliki hari istimewa tersebut; hampa dan kosong! Naudzubillahi min dzalik.
Sumber :
Adi Apriliansyah (Chairman DSIM)
Dimuat di Buletin Jumat Insan Mulia Edisi 245 / 15 Mei 2009 http://www.dsim.or.id/artikel-71-hari-jumat-milik-siapa.html
17 September 2009
Jum’at Hari yang Istimewa
Allah Subhana Wataala berkalam dalam kitab-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia [berada] dalam kesukaran/kesusahan” [QS al-Balad [90]:4].
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia [berada] dalam kesukaran/kesusahan” [QS al-Balad [90]:4].
Saking susahnya, tak sedikit orang yang lupa akan perputaran waktu
termasuk nama hari. Apalagi untuk memahami makna hari. Saat ini, kita
tengah berada dalam hari Jum’at. Apa itu Jum’at?, Dan apa
keistimewaannya dibandingkan dengan hari-hari yang lain?
Jum’at adalah hari keenam dalam seminggu atau sepekan. Dalam
literatur Arab, Jum’at [al-jumu’ah] juga terkadang digunakan untuk arti
minggu [al-usbû’]. Jumat, yang secara utuh diserap dari kata
Arab-Qur’ani, berasal dari akar kata jama’a-yajma’u-jam’an, artinya:
mengumpulkan, menghimpun, menyatukan, menjumlahkan, dan meng-gabungkan.
Al-Jum’ah artinya: persatuan, persahabatan, kerukunan [al-ulfah], dan
pertemuan [al-ijtima]. Meski secara umum dan keseluruhan semua hari –
termasuk Jum’at – dalam seminggu itu bisa dikatakan sama atau tidak ada
bedanya; namun hari Jum’at bagi kaum umatan muslimatan [kaum
Muslimin/Muslimat], dipastikan memiliki keistimewaan tersendiri. Sama
halnya dengan keistimewaan Sabtu bagi orang-orang Yahudi, dan Minggu
untuk kawan-kawan Nasrani.
Bagi umat Islam, yang masih sempat atau sengaja menyempatkan diri
untuk merenungkan makna-makna hari, paling sedikit didasarkan pada
alasan utama tentang kebesaran hari Jum’at:
Pertama, satu-satunya nama hari yang dijadikan nama surat dalam
Al-Qur’an ialah Jum’at, dalam kaitan ini surat al-Jumu’ah [62] yang
terdiri atas: 11 ayat, 180 kata, dan 748 huruf. Di luar Jum’at, tak ada
hari lain yang dijadikan nama surat dalam Al-Qur’an. Bahkan pada umumnya
disebutkan pun tidak dalam Al-Qur’an. Kalaupun ada nama hari lain yang
disebut dalam Al-Qur’an, bahkan penyebutannya beberapakali, namun hari
tersebut tak dijadikan nama surat. Padahal, pengabadian sesuatu sebagai
nama surat dalam Al-Qur’an, dipastikan menjadi simbol bagi kelebihan
se-suatu.
Kedua, berbeda dengan enam hari lainnya yang diposisikan sebagai
‘anggota-anggota’ hari, Jum’at dijuluki se-bagai penghulu atau pemimpin
hari. Gelar sayyid al-usbû’ [Pemimpin Minggu] atau saayid al-ayyâm
[penghulu hari], mengisyaratkan hal itu. Paling tidak secara simbolis.
Ketiga, berlainan dengan kewajiban shalat [maktûbah] di hari-hari
lain yang bisa dilakukan seorang diri [munfarid] sungguhpun tetap
diimbau dengan sangat [sunnah mu’akkadah] untuk dilakukannya secara
berjamah [bersama- sama], pelaksanaan shalat Jum’ah sesuai nama-nya,
wajib dilaksanakan secara berjamaah. Bahkan ada di antara imam mazhab
fikih yang mematok jumlah minimal jamaah shalat Jum’ah sebanyak 40 orang
dewasa. Pensyariatanpelaksanaan shalat Jum’at harus dilakukan secara
berjamaah, dipastikan memiliki nilai-nilai positif tersendiri. Paling
tidak dalam rangka mempererat tali silaturrahmi, persaudaraan, persatuan
dan kesatuan umat Islam.
Keempat, bagi kaum Muslimin, hari Jum’at dipastikan memberikan
penambah pengetahuan tentang keagamaan, di samping merupakan hari-hari
pemupukan persaudaraan keagamaan [ukhuwwah ad-dîniyyah] secara internal.
Penyampaian khutbah Jum’at oleh ahli-ahli ke-Islam-an dan umumnya
disampaikan orang-orang yang sejatinya menyandang predikat saleh, akan
memberikan peningkat-an kecerdasan bagi umat Islam. Baik itu kecerdasan
intelektualdengan kecerdasan spiritual. Paling tidak bagi mereka yang
selalu mengikuti jamaah shalat Jum’at.
Kelima, banyak riwayat [hadits] yang menyebutkan kelebihan Jum’at
dibandingkan dengan hari lain, terutama berkenaan dengan berbagai macam
dzikir dan amalan-amalan tertentu yang memiliki nilai lebih dibandingkan
dengan hal serupa atau bahkan sama tetapi dilakukan di hari lain.
Selain itu, bagi kaum pekerja, hari Jum’at memiliki suasana yang
berbeda dibanding empat hari kerja lain. Jam kerja terasa pendek karena
ada beberapa kegiatan di luar aktivitas kerja. Di pagi hari, sebagian
instansi pemerintah atau kantor swasta menggelar senam pagi bersama.
Selesai senam, baru saja ganti pakaian dan masuk kerja, sebentar
kemudian sudah menjelang shalat Jum’at, semua aktivitas dihentikan untuk
melaksanakannya.
Suasana yang berbeda di hari Jum’at tentu sangat dirasakan kaum
muslim. Bagi muslim laki-laki diwajibkan untuk melaksanakan shalat
Jum’at berjamaah. Karena itu mereka memenuhi masjid-masjid atau tempat
melaksanakan shalat Jum’at yang lain. Ada siraman rohani, penyejuk iman
dari khatib Jum’at.
Sebenarnya, tak hanya shalat Jum’at saja yang menjadikan Jum’at
sebagai hari istimewa bagi kaum muslim. Jum’at juga menjadi hari besar
yang berulang setiap pekannya, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah
saw: “Hari ini adalah hari besar yang Allah tetapkan bagi umat Islam,
maka siapa yang hendak menghadiri shalat Jum’at hendaklah mandi terlebih
dahulu…” [HR. Ibnu Majah].
Perbandingan hari Jum’at dengan enam hari lain seperti perbandingan
bulan Ramadhan dengan sebelas bulan lain. Karena itu bersedekah di hari
Jum’at lebih mulia dibanding sedekah di hari-hari yang lain.
Langkah menuju ke masjid untuk menunaikan shalat Jum’at dihitung
sebagai pahala. Aus bin Aus At-Thaqafi ra menyebutkan bahwa ia mendengar
sendiri Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mandi pada hari Jum’at,
kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan,
kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala
puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi
Allah”. [HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu
Huzaimah].
Keistimewaan lain, pada hari Jum’at ada suatu waktu jika seseorang
memohon dan berdoa kepada Allah, maka niscaya doa dan permohonan itu
akan dikabulkan [disebut waktu mustajab]. Bukhari dan Muslim
meriwayatkan sabda Rasulullah: “Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu
yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon
sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.”
Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya
waktu itu.” Mengenai kapan tepatnya waktu mustajab tersebut, para ulama
berbeda pendapat. Di antara perbedaan itu ada dua pendapat yang paling
kuat. Pertama, waktu yang mustajab itu saat duduknya imam sampai
pelaksanaan shalat Jum’at. Pendapat ini dikuatkan Imam Nawawi. Sedangkan
pendapat yang kedua menyebutkan batas akhir waktu tersebut hingga
setelah ‘Ashar. Pendapat yang kedua ini dikuatkan Imam Ibnu Qayyim.
Hari Jum’at juga merupakan hari pengampunan dosa. Kaum muslim yang
melaksanakan shalat Jum’at dan menyimak dan kecerdasan emosional, maupun
kecerdasan moral dan dan bahkan kecerdasan sosial. Lebih-lebih lagi
khutbah yang disampaikan khatib, akan diampuni dosa-dosanya sampai
Jum’at berikutnya, asal ia tak melaksanakan dosa besar. Berkenaan dengan
ini Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at
dan bersuci semampunya, berminyak atau mengoleskan minyak wangi dari
rumahnya, kemudian keluar [menuju masjid], dan dia tidak memisahkan dua
orang [yang sedang duduk berdampingan], kemudian dia mendirikan shalat
yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan [dengan seksama]
ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni [dosa-dosanya yang
terjadi] antara Jum’at tersebut dan Jum’at berikutnya.” [HR. Bukhari].
Namun tak benar jika hal ini digunakan sebagai dalih untuk melakukan
kesalahan atau dosa selama seminggu ke depan karena sudah diampuni
dosanya dengan shalat Jum’at. Tak ada dosa kecil jika dilakukan
berulang-ulang.
Yang lebih istimewa lagi adalah hari Jum’at merupakan Yaumil Mazid,
hari saat Allah menampakkan diri kepada kaum mukminin di surga nanti.
Allah berfirman: “Mereka di dalam surga memperoleh apa yang mereka
kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya” [QS 50:35]. Anas bin
Malik mengomentari ‘tambahannya’ dalam ayat ini: “Allah menampakkan diri
kepada mereka setiap hari Jum’at”.
Adab dan Sunnah Hari Jum’at
Ada beberapa yang wajib dan sunnah untuk dilaksanakan kaum muslim di
hari Jum’at. Yang paling utama adalah kewajiban muslim laki-laki untuk
melaksanakan shalat Jum’at. Shalat ini bisa dilaksanakan di
masjid-masjid atau tempat ibadah yang lain asalkan memenuhi syarat dan
ketentuan yang ditetapkan.
Mengenai kewajiban tersebut disebutkan Allah dalam Al-Qur’an: “Wahai
orang-orang yang ber-iman, apabila kamu diseru untuk melaksanakan shalat
pada hari Jum’at, maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli, dan itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui” [QS 62:9].
Selain firman Allah dalam Surah al-Jumuah tersebut, ada beberapa
hadits Rasulullah saw yang menegaskan kewajiban melaksanakan shalat
Jum’at bagi muslim laki-laki. Hadits-hadits tersebut antara lain:
“Hendaklah orang-orang itu berhenti dari meninggalkan shalat Jum’at
atau kalau tidak, Allah akan menutup hati mereka kemudian mereka akan
menjadi orang yang lalai.” [HR. Muslim].
Rasulullah bersabda: “Shalat Jum’at itu wajib bagi tiap-tiap muslim,
dilaksanakan secara berjama’ah terkecuali empat golongan, yaitu hamba
sahaya, perempuan, anak kecil, dan orang yang sakit.” [HR. Abu Daud dan
Al-Hakim, hadits shahih].
Sebagai pengingat agar kita tak lupa dan agar shalat Jum’at kita
lebih sempurna pelaksanaannya perlu disampaikan beberapa adab dalam
melaksanakan shalat Jum’at. Ketika waktu shalat Jum’at tiba, kita
dianjurkan untuk datang ke masjid atau tempat ibadah lebih awal. Karena,
pahala orang yang datang lebih awal lebih besar dibanding orang yang
datang saat akhir. Perumpamaannya, seseorang yang datang di awal waktu,
seperti orang yang berkorban dengan seekor unta, berikutnya seperti
berkorban sapi, kambing, ayam, dan yang terakhir seperti bersedekah
dengan sebutir telur. Batas akhir datang ke masjid saat shalat Jum’at
adalah ketika khatib sudah duduk di mimbar, karena malaikat-malaikat
pencatat amal manusia yang berada di setiap pintu masjid menutup buku
catatannya dan mendengarkan khutbah.
Para sahabat dan tabi’in sangat memperhatikan anjuran untuk datang
lebih awal ke masjid. Dahulu, semasa hidup para sahabat dan tabi’n
mempunyai tradisi setiap hari Jum’at mereka datang ke masjid setelah
shalat Shubuh. Di hari Jum’at, jalan-jalan menuju masjid ramai, orang
memadati jalan sambil membawa lampu penerangan seperti ramainya ketika
akan melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri.
Dalam rangkaian shalat Jum’at ada khutbah yang disampaikan khatib.
Para jamaah sangat dianjurkan untuk mendengarkan dan berusaha
memahaminya. Berbicara saat khutbah sedang disampaikan sangat dibenci
Rasulullah saw. Beliau menyebut perbuatan tersebut sebagai perbuatan
yang sia-sia dan tidak selayaknya dilakukan jamaah shalat Jum’at.
Seperti shalat jamaah pada shalat-shalat wajib yang lain, jamaah yang
datang di awal dianjurkan untuk mengambil tempat paling depan, shaf
terdepan dipenuhi terlebih dahulu. Untuk jamaah yang datang terlambat,
yang datang setelah khatib sudah duduk di mimbar, dianjurkan untuk
mengambil tempat paling belakang atau shaf paling belakang.
Jamaah yang telah datang, hendaknya melaksanakan shalat sunnah di
antaranya shalat Tahiyatul Masjid [dua rakaat untuk menghormati masjid]
dan shalat Qabliyah Jum’at [dua rakaat sebelum shalat Jum’at]. Setelah
khatib duduk di mimbar tidak diperkenankan melakukan aktivitas kecuali
shalat Tahiyatul Masjid. Shalat sunnah itu masih bisa dilakukan selama
khatib menyampaikan khutbah tetapi harus dipercepat pelaksanaannya.
Amalan yang disunnahkan pada Hari Jum’at
Untuk melengkapi kesempurnaan ibadah, ada amalan-amalan yang dapat
dilaksanakan di hari Jum’at. Antara lain, memperbanyak shalawat atas
Nabi Muhammad saw. Makin banyak shalawat yang terucap kian baik karena
akan mendekatkan derajat kaum muslim pada derajat Nabi.
Amalan lainnya adalah membaca Surah al-Kahfi. Dengan membaca surah
tersebut diharapkan mendapat cahaya Allah yang diberikan di antara dua
Jum’at. Surah al-Kahfi bercerita tentang sekelompok pemuda beriman
[Ashhabul Kahfi] yang diselamatkan Allah dengan menidurkan mereka di
dalam gua selama bertahun-tahun. Surah ke-18 Al-Quran ini menggambarkan
kekuasaan Allah untuk memberi nikmat kepada hamba-Nya meski nikmat
tersebut di luar kebiasaan. Juga tentang dasar-dasar tauhid dan
kepastian datangnya hari kebangkitan.
Sedangkan bagi imam shalat Shubuh disunnahkan membaca Surah Sajadah
dan al-Insan secara sempurna sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw
dahulu. Surah Sajadah dan al-Insan mengandung segala sesuatu tentang
awal penciptaan manusia dan kembalinya manusia kepada Allah, juga memuat
peristiwa berkumpulnya manusia di padang Mahsyar dan bangkitnya manusia
dari kubur. Disunnahkan juga di hari Jum’at untuk memperbanyak do’a dan
memohon ampunan.
Meski Jum’at adalah hari yang sangat istimewa, tetapi kaum muslim tak
diperkenankan untuk melebih-lebihkannya, misalnya dengan melaksanakan
puasa hanya di hari Jum’at saja dengan alasan untuk mengkhususkannya.
Boleh melaksanakan puasa di hari Jum’at asal di hari sebelum atau
sesudahnya juga melaksanakan puasa. Semoga kita bisa lebih memahami dan
memaknai kebesaran dan kelebihan hari Jum’at di masa-masa yang akan
datang. Aamiin
Ingatlah Allah ketika dalam keramaian, niscaya Dia mengingatmu ketika
sendirian. Bersyukurlah kepada-Nya saat senang, niscaya Dia
mensyukurimu di saat susah. Jangan ingkari nikmat-Nya agar siksa tidak
menimpamu.
Sumber:
Alifmagz.com | Ijabah.com, dalam :
http://www.fiqhislam.com/agenda-muslim/a-r-t-i-k-e-l/3420-jumat-hari-yang-istimewa.html
Meninggal di Hari Jum’at Bebas Siksa Kubur?
Pertanyaan :
Saya pernah mendengar bahwa orang yang meninggal di hari Jum’at akan
dibebaskan dari siksa kubur. Apakah hal itu benar? Kalau memang benar,
batas waktu yang dianggap hari Jum’at itu mulai jam berapa sampai jam
berapa? Mohon penjelasannya. Terima kasih.
WAssalamualaikum,
Alfiah Dewi
Jawaban :
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Keterangan seperti ini memang ada di dalam beberapa riwayat yang
shahih dari Rasulullah SAW. Salah satunya adaah hadits berikut ini:
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ
الْقَبْرِ. رواه الترمذي 1074.
Dari Abdullah bin Amru ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Tidaklah seorang muslim meninggal di hari Jumat, kecuali Allah lindungi
dari fitnah kubur.
Syeikh Nashiruddin Al-Albani termasuk di antara ulama yang
menshahihkan hadits ini, sebagaimana yang tercantum di dalam kitab
Ahkamul-Janaiz halaman 49-50.
Matan hadits ini tidak menyebutkan seseorang yang mati di hari Jumat
akan dibebaskan dari azab kubur, melainkan Allah SWT lindungi dari azab
kubur. Boleh jadi seharusnya dia disiksa di alam kuburnya, dan siksaan
itu memang ada. Hanya kemudian Allah SWT melindunginya dari tersentuh
siksaan itu.
Namun tentunya ini khusus buat orang Islam yang shalih dan taat saja.
Di mana mungkin saja di balik keshalihan dan ketaatannya, masih tersisa
sedikit dari dosa-dosa kecil yang tak luput dari tiap orang.
Hadits ini tidak termasuk orang kafir/non muslim, atau yang berIslam
hanya KTP-nya saja. Demikian juga dengan pelaku dosa-dosa besar seperti
pezina, penjudi, peminum khamar, maling/ koruptor, penghina agama Allah,
pelaku bid’ah atau orang yang percaya bahwa semua agama sama, jelas
pasti akan disiksa di alam kuburnya lalu di dalam neraka.
Selain itu, hadits ini juga tidak boleh dipahami secara terbalik.
Misalnya, kita menyimpulkan secara keliru bahwa orang yang tidak mati di
hari Jumat pasti akan disiksa. Ini adalah metode pembalikan logika yang
tidak tepat. Sebab banyak sekali orang shalih bahkan para nabi yang
meninggalnya bukan hari Jumat.
Hadits ini menerangkan fadhilah hari Jumat, bukan menetapkan bahwa yang meninggal bukan hari Jumat akan disiksa.
Batas Hari Jumat
Dalam sistem kalender Islam, masuknya tanggal baru itu dimulai sejak
terbenam matahari dan berakhir 24 jam kemudian, dengan terbenamnya
matahari keesokan harinya.
Dengan cara demikian, kita menetapkan tanggal 1 Ramadhan, tanggal 1 Syawwal dan semua hari dalam agama.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ahmad Sarwat, Lc.
Diambil dari situs: https://adesholaeman36.wordpress.com/2010/04/10/rahasia-keagungan-dan-keajaiban-hari-jumat/
Semoga bermanfaat, amien ya robbal 'alamien